Senin, 17 November 2008

tes kebugaran jasmani lompat jauh

KEMAMPUAN MOTORIK MURID SEKOLAH DASAR KELAS 2 DI DKI JAKARTA
Latar Belakang
Murid Sekolah Dasar kelas 2 yang umurnya berusia antara 7-8 tahun pada dasamya sudah dapat dilihat seberapa jauh motorik mereka, mengingat sebagian besar dan mereka sudah mulai belajar gerak (sambil bermain) pada saat: di Taman Kanak-kanak ditambah 1 (satu) tahun belajar pendidikan jasmani di kelas 1 (satu) SD serta beberapa bulan di kelas 2. Dengan asuransi tersebut diharapkan murid SD kelas 2 sudah memiliki motorik minimal yang sangat berguna bagi penyesuaian diri kehidupan mereka terutama yang menyangkut gerakan-gerakan dasar yang berguna dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Anak-anak pada masa usia sekolah dasar sesuai dengan tujuan kurikulum pendidikan jasmani yang berlaku, diharapkan memperoleh pengetahuan dan pemahaman motorik yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa. Pada umumnya permainan yang dilakukan oleh murid sekolah dasar merupakan pengembangan dari motorik yang diajarkan oleh guru pendidikan jasmani.
Motorik merupakan suatu kebutuhan yang harus dipelajari pada usia sekolah dasar, mengingat hal tersebut akan sangat dibutuhkan untuk menunjang perkembangan postur tubuh di masa remaja dan dewasa. Berdasarkan pemikiran tersebut, Bidang Laboratorium Gerak Keja Jasmani melakukan survey motorik yang meliputi lari cepat 30 meter, lompat jauh tanpa awalan, tes balok keseimbangan, melempar sasaran, lari zigzag. Gerakan-gerakan tersebut merupakan gerakan yang sering dilakukan oleh murid sekolah dasar.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tingkat kemampuan motorik murid sekolah dasar kelas 2.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif (penjajakan) yang dilakukan secara survey mengenai komponen-komponen motorik sekolah dasar kelas 2 sebanyak 500 orang yang diambil secara random di lima wilayah DKI Jakarta.
Kemampuan Motorik yang di Tes
Motorik yang dites dalam survey tersebut meliputi: lari cepat 30 meter (detik), lompat jauh tanpa awalan (cm), tes balok keseimbangan (detik), melempar sasaran (nilai), lari zig-zag (detik).
Tinjauan Pustaka Perkembangan Motorik
Perkembangan gerak dasar dan penyempumaannya merupakan hal yang penting selama masa kanak-kanak. Semua anak-anak, kecuali yang mengalami keterbelakangan dalam pertumbuhan dan perkembangannya, mampu mengembangkan dan mempelajari berbagai macam gerak dan yang lebih rumit. Gerakan-gerakan demikian merupakan pengulangan terus menerus dari kebiasaan dan menjadikannya dasar dari pengalaman lingkungan mereka.
Pengembangan gerak dasar adalah proses dimana anak memperoleh gerak dasar dan yang senantiasa berkembang berdasarkan interaksi:
 Proses pengembangan syaraf dan otot yang juga dipengaruhi oleh keturunan.
 Akibat dari pengalaman gerak sebelumnya
 Pengalaman gerak saat ini
Gerak digambarkan dalam kaitannya dengan pola gerak tertentu dan
Pola gerak dasar adalah bentuk gerakangerakan sederhana yang bisa dibagi ke dalam tiga bentuk geraks sebagai berikut.
 Bentuk yang lokomotor (berpindah tempat) dimana bagian tubuh tertentu saja yang digerakkan; misalnya: jalan, lari, loncat.
 Bentuk yang non-lokomotor (tidak berpindah tempat) dimana bagian tubuh tertentu saja yang digerakkan; misalnya: mendorong, menarik, menekuk, memutar.
 Manipulatif, dimana ada sesuatu yang digerakkan, misalnya: melempar, menangkap, menyepak, memukul dan gerakan lain yang berkaitan dengan lemparan dan tangkapan sesuatu.
Gerakan lokomotor, non-lokomotor dan manipulatif bisa tampak dengan berbagai kombinasi, misalnya: lari sambil melempar dan menangkap bola. Dengan demikian, pola gerik adalah gerak dasar yang berhubungan dengan pelaksanaan suatu tugas tertentu, karenanya banyak anak yang bisa melaksanakan pola gerak dasar, tapi dengan kecakapan yang bermacam-macam.
Motorik dapat diuraikan dengan kata seperti otomatis, cepat dan akurat atau dengan kata lain titik beratnya adalah pada ketelitian dan ketepatan. Berdasarkan pengerfian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pola gerak merupakan pengertian umum dan motorik merupakan gerak yang lebih khusus.
Sering kali gerak dibedakan antara yang halus dan yang kasar. Gerak halus adalah gerak yang memerlukan ketelitian, dan kecerdikan; sedangkan gerak kasar adaiah gerakan seluruh tubuh dan bagian-bagian tubuh yang besar seperti dalam kegiatan yang berpindah tempat. Banyak gerakan mengandung baik gerakan halus maupun kasar, misainya untuk melempar bola diperlukan ketepatan sasaran dan kecepatan yang mencukupi. Ketepatan memerlukan ketelitian dan penguasaan jari dan tangan (gerakan halus), sedangkan kecepatan lebih memerlukan gerakan tangan dan tubuh yang kasar supaya pelemparannya cukup kuat. Selama 4-5 pertama kehidupan, anak dapat mengendalikan gerakan yang kasar. Gerakan tersebut melibatkan bagian badan yang luas yang digunakan dalam berjalan, berlari dan melompat
Setelah berumur 5 tahun teladi perkembangan yang besar dalam pengendalian koordinasi yang lebih baik yang melibatkan kelompok otot yang lebih kecil yang digunakan untuk menggenggam, melempar, menangkap bola, menulis dan menggunakan alat. Seandainya tidak ada gangguan lingkungan gangguan fisik atau hambatan mental yang mengganggu perkembangan motorik secara normal, anak yang berumur 6 tahun akan siap menyesuaikan diri dengan tuntutan sekolah dan berperan serta dalam kegiatan bermain dengan teman sebaya. Masyarakat mengharapkan keadaan yang seperti itu dari anak.
Beberapa hal penting dalam mempelajari motorik yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
1. Kesiapan belajar
Apabila pembelajaran itu dikaitkan dengan kesiapan belajar, maka yang di pelajari dengan waktu dan usaha yang sama oleh orang yang sudah siap akan lebih unggul ketimbang oleh orang yang belum siap untuk belajar.
2. Kesempatan belajar
Banyak anak yang tidak berkesempatan untuk mempelajari motorik karena hidup dalam lingkungan yang tidak menyediakan kesempatan belajar atau karena orang tua takut hal yang demikian akan melukai anaknya.
3. Kesempatan berpraktek/latihan
Anak harus diberi waktu untuk berpraktek/latihan sebanyak yang diperlukan untuk menguasai . Meskipun demikian, kualitas praktek/latihan jauh lebih penting ketimbang kuantitasnya. Jika anak berpraktek/berlatih dengan model sekali pukul hilang, maka akan berkembang kebiasaan kegiatan yang jelek dan gerakan yang tidak efisien.
4. Model yang baik
Dalam mempelajari motorik, meniru suatu model memainkan peran yang penting, maka untuk mempelajari suatu dengan baik, anak harus dapat mencontoh yang baik.
5. Bimbingan
Untuk dapat meniru suatu model dengan betul, anak membutuhkan bimbingan. Bimbingan juga membantu anak membetulkan sesuatu kesalahan sebelum kesalahan tersebut terlanjur dipelajari dengan baik sehingga sulit dibetulkan kembali.
6. Motivasi
Motivasi belajar penting untuk mempertahankan minat dari ketertinggalan. Untuk mempelajari , sumber motivasi adalah kepuasan pribadi yang diperoleh anak dari kegiatan tersebut, kemandirian dan gengsi yang diperoleh dari kelompok sebayanya gerta kompensasi terhadap perasaan kurang mampu dalam bidang lain khususnya dalam tugas sekolah.
Analisa Hasil Penelitian
Sebenarnya cukup banyak variabel dari penelitian ini yang dapat diolah dan dianalisa seperti sarana prasarana, guru pendidikan jasmani dan sebagainya. Namun mengingat keterbatasan waktu, pada kesempatan ini kami hanya mengolah dan menganalisa data hasil penelitian secara global saja yang meliputi tes lompat jauh, tes keseimbangan, tes lempar sasaran, tes lari zig-zag dan tes lari 30 meter baik putra maupun putri dengan mengabaikan faktor sarana prasarana dan guru pendidikan jasmani.
Adapun hasil dimaksud adalah sebagai berikut
1. Tes Lompat Jauh Gerakan lompat jauh didasari oleh daya ledak otot tungkai. Pada hasil penelitian ini sebagian besar siswa putra (54,32%) dan putri (80,32%) mempunyai kemampuan motorik lompat jauh yang kurang. Hal ini mungkin disebabkan karena gerakan-gerakan motorik yang mengandung unsur daya ledak otot kurang terlatih.
2. Tes Keseimbangan
Keseimbangan tubuh siswa putra sebagian besar adalah baik (64,06%) dan siswa putri adalah sebagian besar sedang (56,8%). Hal ini disebabkan karena secara fisiologis keseimbangan tubuh anak-anak ditentukan oleh fungsi neurologis sistem otak dan sistem vestibular (alat keseimbangan), yang mana pada kelompok siswa ini kedua fungsi tersebut berkembang normal. Disamping itu, anak-anak telah melakukan permainan-permainan yang memerlukan keseimbangan tubuh sejak masa taman kanak-kanak- Misalnya meniti balok, naik sepeda dan lain-lain.
3. Tes Lempar Sasaran
Tes lempar sasaran membutuhkan kekuatan otot tubuh bagian atas, ketepatan dan koordinasi. Kemampuan melempar mengenai sasaran pada siswa putra sebagian besar adalah sedang (43,98%), sedangkan pada siswa putri yang baik sebanyak 38,04% dan yang kurang sebanyak 34,9%.
Pada pengamatan saat penelitian, lemparan siswa putra dan putri disamping tidak tepat mengenai sasaran, banyak juga yang tidak sampai ke dinding sasaran. Hal ini mungkin disebabkan karena. kekuatan otot tubuh bagian atas pada anak-anak tersebut belum berkembang, sedangkan untuk ketepatan melempar sasaran selain dibutuhkan kekuatan otot juga ketepatan dan koordinasi, yang memerlukan latihan tertentu.
4. Tes Lari Zig-zag
Lari zig-zag siswa putra (56,15%) dan siswa putri (62,8%) adalah kurang. Hal ini disebabkan karena unsur agilitas (kelincahan) yang diperlukan pada lari zig~zag kurang tedatih.
5. Lari 30 Meter
Kemampuan lari siswa putra sebagian besar kurang (53,95%) dan kemampuan lari siswa putri sebagian besar adalah sedang (49%) dan kurang (45,02%). Ha ini mungkin disebabkan oleh pola hidup mereka yang kurang aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari seperti terlalu banyak nonton televisi, bermain TV Games, dsb. Disamping itu juga disebabkan faktor keterbatasan arena bermain untuk anak.
Kesimpulan
Secara umum kemampuan motorik siswa kelas 2 sekolah dasar di DKI Jakarta, dapat digambarkan sebagai berikut.
 Untuk lompat jauh, led 30 meter dan lari zigzag pada siswa putra dan putri tergolong kurang.
 Kemampuan motorik lempar sasarab baik pada siswa putra maupun putri tersebar relatif merata pada ketiga kategori.
 Pada siswa putra kemampuan motorik keseimbangan tubuh sebagian besar adalah baik, sedangkan untuk putri sebagian besar berada pada kategori sedang.
Saran
 Untuk dapat mengembangkan kemampuan motorik anak sekolah dasar secara optimal mutlak diperlukan sarana prasarana pendidikanjasmani yang memadai, disamping dibutuhkan guru pendidikan jasmani atau guru kelas yang memahami masalah pendidikan jasmani.
 Diperlukan penelitian lanjutan agar dapat menjawab seluruh permasalahan mengapa motorik murid sekolah dasar masih kurang memadai.
Oleh: Drs. Purnomo Ananto, MM, dkk.

Senin, 12 Mei 2008

BAB I
PENDAHULUAN


Rasional.
Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga.

Di dalam intensifikasi penyelengaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, peranan Pendidikan Jasmani adalah sangat penting, yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain dan olahraga yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.

Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang.

Dengan Pendidikan Jasmani siswa akan memperoleh berbagai ungkapan yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta berbagai ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil, memiliki kebugaran jasmani, kebiasaan hidup sehat dan memiliki pengetahuan serta pemahaman terhadap gerak manusia.

Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) serta pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosi dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran.

Tidak ada pendidikan yang tidak mempunyai sasaran paedagogis, dan tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa adanya Pendidikan Jasmani, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alamiah berkembang searah dengan perkembangan zaman.

Pengertian.
Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional.

Tujuan dan Fungsi Pendidikan Jasmani.
1. Tujuan Pendidikan Jasmani:
a. Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani
b. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan agama
c. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui tugas-tugas pembelajaran Pendidikan Jasmani
d. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani
e. Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas (Outdoor education)
f. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani
g. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain
h. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat
i. Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif.

2. Fungsi Pendidikan Jasmani adalah:
a. Aspek organik
1) menjadikan fungsi sistem tubuh menjadi lebih baik sehingga individu dapat memenuhi tuntutan lingkungannya secara memadai serta memiliki landasan untuk pengembangan keterampilan
2) meningkatkan kekuatan yaitu jumlah tenaga maksimum yang dikeluarkan oleh otot atau kelompok otot
3) meningkatkan daya tahan yaitu kemampuan otot atau kelompok otot untuk menahan kerja dalam waktu yang lama
4) meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, kapasitas individu untuk melakukan aktivitas yang berat secara terus menerus dalam waktu relatif lama
5) meningkatkan fleksibelitas, yaitu; rentang gerak dalam persendian yang diperlukan untuk menghasilkan gerakan yang efisien dan mengurangi cidera.

b. Aspek neuromuskuler
1) meningkatkan keharmonisan antara fungsi saraf dan otot
2) mengembangkan keterampilan lokomotor, seperti; berjalan, berlari, melompat, meloncat, meluncur, melangkah, mendorong, menderap/mencongklang, bergulir, dan menarik
3) mengembangkan keterampilan non-lokomotor, seperti; mengayun, melengok, meliuk, bergoyang, meregang, menekuk, menggantung, membongkok
4) mengembangkan keterampilan dasar manipulatif, seperti; memukul, menendang, menangkap, berhenti, melempar, mengubah arah, memantulkan, bergulir, memvoli
5) mengembangkan faktor-faktor gerak, seperti; ketepatan, irama, rasa gerak, power, waktu reaksi, kelincahan
6) mengembangkan keterampilan olahraga, seperti; sepak bola, soft ball, bola voli, bola basket, baseball, atletik, tennis, beladiri dan lain sebagainya
7) mengembangkan keterampilan rekreasi, seperti, menjelajah, mendaki, berkemah, berenang dan lainnya.

c. Aspek perseptual
1) mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan isyarat
2) mengembangkan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan tempat atau ruang, yaitu kemampuan mengenali objek yang berada di: depan, belakang, bawah, sebelah kanan atau sebelah kiri dari dirinya
3) mengembangkan koordinasi gerak visual, yaitu; kemampuan mengkoordinasikan pandangan dengan keterampilan gerak yang melibatkan tangan, tubuh, dan atau kaki
4) mengembangkan keseimbangan tubuh (statis, dinamis), yaitu; kemampuan mempertahankan keseimbangan statis dan dinamis
5) mengembangkan dominansi (dominancy), yaitu; konsistensi dalam menggunakan tangan atau kaki kanan/kiri dalam melempar atau menendang
6) mengembangkan lateralitas (laterality), yaitu; kemampuan membedakan antara sisi kanan atau sisi kiri tubuh dan diantara bagian dalam kanan atau kiri tubuhnya sendiri
7) mengembangkan image tubuh (body image), yaitu kesadaran bagian tubuh atau seluruh tubuh dan hubungannya dengan tempat atau ruang.

d. Aspek kognitif
1) mengembangkan kemampuan menggali, menemukan sesuatu, memahami, memperoleh pengetahuan dan membuat keputusan
2) meningkatkan pengetahuan peraturan permainan, keselamatan, dan etika
3) mengembangkan kemampuan penggunaan strategi dan teknik yang terlibat dalam aktivitas yang terorganisasi
4) meningkatkan pengetahuan bagaimana fungsi tubuh dan hubungannya dengan aktivitas jasmani
5) menghargai kinerja tubuh; penggunaan pertimbangan yang berhubungan dengan jarak, waktu, tempat, bentuk, kecepatan, dan arah yang digunakan dalam mengimplementasikan aktivitas dan dirinya
6) meningkatkan pemahaman tentang memecahkan problem-problem perkembangan melalui gerakan.

e. Aspek sosial
1) menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan dimana berada
2) mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan dalam situasi kelompok
3) belajar berkomunikasi dengan orang lain
4) mengembangkan kemampuan bertukar pikiran dan mengevaluasi ide dalam kelompok
5) mengembangkan kepribadian, sikap, dan nilai agar dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat
6) mengembangkan rasa memiliki dan rasa diterima di masyarakat
7) mengembangkan sifat-sifat kepribadian yang positif
8) belajar menggunakan waktu luang yang konstruktif
9) mengembangkan sikap yang mencerminkan karakter moral yang baik.

f. Aspek emosional
1) mengembangkan respon yang sehat terhadap aktivitas jasmani
2) mengembangkan reaksi yang positif sebagai penonton
3) melepas ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepat
4) memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreativitas
5) menghargai pengalaman estetika dari berbagai aktivitas yang relevan.


D. Ruang Lingkup.
Ruang lingkup materi mata pelajaran Pendidikan Jasmani untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA adalah sebagai berikut:

JENJANG
SD
SMP
SMA
KELAS
ASPEK/SUB ASPEK
1
2
3
4
5
6
1
2
3
1
2
3
PERMAINAN DAN OLAHRAGA
Olahraga tradisional *)
Permainan (Games)
Eksplorasi gerak
Keterampilan manipulatif dengan alat
Atletik
Kasti
Rounders
Kippers
Softball
Baseball
Bola tangan
Sepak bola
Bola basket
Tenis meja*)
Tenis*)
Bulutangkis*)
Bela diri
Aktivitas lainnya*)

x
x
x
x

x


x
x
x
x













x


x
x
x
x













x


x
x
x
x
x
x
x
x
x
x

x
x
x
x
x

x

x



x
x
x
x
x
x

x
x
x
x
x

x


x



x
x
x
x
x
x

x
x
x
x
x

x

x



x
x
x
x
x
x

x
x
x
x
x
x
x


x



x
x
x
x
x
x

x
x
x
x
x
x
x


x



x
x
x
x
x
x

x
x
x
x
x
x
x


x



x



x
x
x
x
x
x
x
x
x
x


x



x



x
x
x
x
x
x
x
x
x
x


x



x



x
x
x
x
x
x
x
x
x
x

AKTIVITAS PENGEMBANGAN
Mekanika tubuh
Komponen kebugaran jasmani
Aktivitas lainnya*)

x
x
x


x
x
x


x
x
x



x
x



x
x



x
x



x
x



x
x



x
x



x
x



x
x



x
x

AKTIVITAS SENAM
Senam lantai
Ketangkasan tanpa alat
Ketangkasan dengan alat
Aktivitas lainnya*)

x
x

x


x
x

x


x
x

x


x
x

x


x
x
x
x


x
x
x
x


x
x
x
x


x
x
x
x


x
x
x
x


x
x
x
x


x
x
x
x


x
x
x
x

AKTIVITAS RITMIK
Gerak bebas berirama
Senam Pagi Indonesia
Senam Kesegaran Jasmani (SKJ)
Senam aerobik
Aktivitas lainnya*)

x



x


x



x


x
x
x

x


x
x
x

x



x
x

x



x
x
x
x



x
x
x
x



x
x
x
x



x
x
x
x




x
x
x




x
x
x




x
x
x

AKUATIK (AKTIVITAS AIR)
Permainan di air
Keselamatan di air
Keterampilan/ketangkasan di air
Renang
Aktivitas lainnya*)

x
x


x

x
x


x

x
x


x


x
x
x
x
x



x
x
x
x



x
x
x
x



x
x
x
x



x
x
x
x



x
x
x
x



x
x
x
x



x
x
x
x



x
x
x
x





JENJANG
SD
SMP
SMA
KELAS
ASPEK/SUB ASPEK
1
2
3
4
5
6
1
2
3
1
2
3
PENDIDIKAN LUAR KELAS (OUTDOOR EDUCATION)
Piknik
Pengenalan lingkungan
Berkemah
Menjelajah
Mendaki gunung
Aktivitas lainnya*)


x
x



x



x
x



x



x
x



x



x
x



x



x
x
x
x

x



x
x
x
x

x




x
x
x
x
x




x
x
x
x
x




x
x
x
x
x





x
x
x
x





x
x
x
x





x
x
x
x

*) Aspek/sub aspek yang diberi tanda bintang dapat digunakan sebagai materi pokok untuk mencapai kompetensi dasar yang relevan

Keterangan:
Permainan dan olahraga:
Permainan dan olahraga terdiri dari berbagai jenis permainan dan olahraga baik terstruktur maupun tidak yang dilakukan secara perorangan maupun beregu. Dalam aktivitas ini termasuk juga pengembangan aspek pengetahuan yang relevan dan sistem nilai seperti; kerjasama, sportivitas, jujur, berfikir kritis, dan patuh pada peraturan yang berlaku.

Aktivitas Pengembangan:
Aktivitas pengembangan berisi tentang kegiatan yang berfungsi untuk membentuk postur tubuh yang ideal dan pengembangan komponen kebugaran jasmani. Dalam aktivitas ini termasuk juga pengembangan aspek pengetahuan yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, seperti; kekuatan, daya tahan, keseimbangan, dan kelenturan tubuh, bentuk latihan yang dilakukan dalam aktivitas ini misalnya; pull-up, sit-up, back-up, push-up, squat-jump dan lain-lain.

Aktivitas senam:
Aktivitas senam berisi tentang kegiatan yang berhubungan dengan ketangkasan seperti, senam lantai, senam alat dan aktivitas fisik lainnya yang bertujuan untuk melatih keberanian, kapasitas diri, dan pengembangan aspek pengetahuan yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Aktivitas Ritmik:
Aktivitas ritmik berisi tentang hubungan gerak dengan irama dan juga pengembangan aspek pengetahuan yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajarannya memfokuskan pada kesesuaian atau keterpaduan antara gerak dan irama.

Akuatik (Aktivitas Air):
Akuatik (aktivitas air) berisi tentang kegiatan di air, seperti; permainan air, gaya-gaya renang, dan keselamatan di air, serta pengembangan aspek pengetahuan yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Pendidikan Luar Kelas (Outdoor Education)
Aktivitas Luar Sekolah berisi tentang kegiatan di luar kelas/sekolah dan di alam bebas lainnya, seperti; bermain di lingkungan sekolah, taman, perkampungan pertanian/nelayan, berkemah, dan kegiatan yang bersifat kepetualangan (mendaki gunung, menelusuri sungai, cano dan lainnya), serta pengembangan aspek pengetahuan yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
E. Standar Kompetensi Lintas Kurikulum.
Standar Kompetensi Lintas Kurikulum merupakan kecakapan untuk hidup dan belajar sepanjang hayat yang dibakukan dan harus dicapai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar.

Standar Kompetensi Lintas Kurikulum ini meliputi:
1. Memiliki keyakinan, menyadari serta menjalankan hak dan kewajiban, saling menghargai dan memberi rasa aman, sesuai dengan agama yang dianutnya
2. Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan mengkomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi dengan orang lain.
3. Memilih, memadukan, dan menerapkan konsep-konsep, teknik-teknik, pola, struktur, dan hubungan.
4. Memilih, mencari, dan menerapkan teknologi dan informasi yang diperlukan dari berbagai sumber.
5. Memahami dan menghargai lingkungan fisik, makhluk hidup, dan teknologi, dan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai untuk mengambil keputusan yang tepat.
6. Berpartisipasi, berinteraksi, dan berkontribusi aktif dalam masyarakat dan budaya global berdasarkan pemahaman konteks budaya, geografis, dan historis.
7. Berkreasi dan menghargai karya artistik, budaya, dan intelektual serta menerapkan nilai-nilai luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju masyarakat beradab.
8. Berpikir logis, kritis, dan lateral dengan memperhitungkan potensi dan peluang untuk menghadapi berbagai kemungkinan.
9. Menunjukkan motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja mandiri, dan bekerja sama dengan orang lain.



F. Standar Kompetensi bahan kajian Pendidikan Jasmani.
Permainan dan Olahraga
1. Siswa mampu melakukan berbagai macam bentuk aktivitas permainan dan berbagai cabang olahraga
2. Siswa memiliki konsep dan keterampilan berfikir dalam berbagai permainan dan olahraga
3. Siswa memiliki apresiasi terhadap perilaku bermain dan berolahraga yang termanifestasikan ke dalam nilai-nilai, seperti: kerjasama, menghargai teman dan lawan, jujur, adil, terbuka dan lain-lain


Aktivitas Pengembangan
1. Siswa mampu melakukan berbagai aktivitas untuk membentuk postur dan kondisi tubuh yang baik
2. Siswa memiliki konsep dan keterampilan berfikir dalam aktivitas pengembangan dan mengetahui pengaruhnya terhadap kebugaran tubuh dan kondisi yang baik
3. Siswa merasakan manfaat dari pola hidup aktif terhadap kesehatan dan kondisi tubuh

Uji diri/Senam
1. Siswa mampu melakukan berbagai gerak ketangkasan
2. Siswa memiliki konsep dan keterampilan berfikir dalam berbagai gerak ketangkasan
3. Siswa memiliki nilai-nilai, seperti; kedisiplinan, keberanian, rasa percaya diri, keselamatan diri dan orang lain

Aktivitas Ritmik
Siswa mampu melakukan gerakan tubuh sesuai dengan irama
Siswa memiliki konsep dan keterampilan berfikir dalam berbagai aktivitas ritmik
Siswa memiliki kepekaan, keharmonisan,dan kehalusan gerak

Akuatik (aktivitas air)
Siswa mampu melakukan berbagai macam bentuk permainan dalam air
Siswa memiliki konsep dan keterampilan berfikir tentang berbagai aktivitas air
Siswa memiliki apresiasi terhadap keselamatan, kepedulian, etika, dan kebersihan di air
Pendidikan Luar Kelas (Outdoor Education)
Siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan dan alam sekitar
Siswa mengetahui pentingnya keterampilan hidup dan pengalaman hidup di lingkungan dan alam sekitar
Siswa memiliki apresiasi terhadap lingkungan dan alam sekitar


G. Standar Kompetensi Pendidikan Jasmani SMA/MA.
1. Memperagakan kemampuan untuk melakukan dan merancang aktivitas pengembangan untuk meningkatkan dan memelihara kebugaran yang berdasarkan konsep yang benar dan memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
2. Melakukan teknik, strategi, dan taktik berbagai permainan dan olahraga berdasarkan konsep yang benar dan memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
3. Melakukan berbagai keterampilan senam berdasarkan konsep yang benar dan memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
4. Melakukan berbagai aktivitas ritmik dan hasil kreasi rangkaian dan koordinasi gerak berirama yang berdasarkan konsep yang benar dan memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
5. Memperagakan teknik-teknik gaya renang, permainan di air, dan upaya penyelamatan di air berdasarkan konsep yang benar dan memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
6. Melakukan berbagai aktivitas di luar kelas seperti keterampilan penjelajahan dan penyelamatan dalam kegiatan kegiatan di alam bebas berdasarkan konsep yang benar dan memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.


H. Rambu - rambu
1. Kurikulum berbasis kompetensi ini merupakan pedoman mengajar bagi guru dan merupakan bahan kegiatan pembelajaran yang perlu dipelajari dan dilaksanakan oleh siswa untuk mencapai kompetensi yang dirumuskan dalam setiap kelas
2. Pendidikan jasmani terdiri dari 6 aspek, yaitu, permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air), dan pendidikan luar kelas (Outdoor education). Dari ke enam aspek tersebut yang wajib dilaksanakan adalah: permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri, dan aktivitas ritmik, sementara aspek akuatik dilaksanakan bila di sekitar sekolah terdapat sarana pendukung dan pendidkan luar kelas dapat dilakukan dua kali setahun
3. Kompetensi dasar yang terdapat dalam aspek permainan dan olahraga (sepak bola, bola voli, bola basket, bola tangan, softball, baseball, nomor-nomor atletik, beladiri, dan lainnya dipilih sesuai kondisi sekolah/daerah
4. Pendidikan luar kelas (Outdoor education) dilakukan pada setiap akhir semester atau akhir tahun/kenaikan kelas
5. Setiap aspek dirumuskan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok
6. Kompetensi dasar merupakan penjabaran dari standar kompetensi, menggambarkan kemampuan minimal yang harus dimiliki/dicapai siswa setelah menyelesaikan satu periode pembelajaran tertentu
7. Kompetensi dasar disusun pertahun/perkelas (guru dapat memodifikasinya menjadi persemester atau sesuai dengan kebutuhan)
8. Jumlah waktu pelajaran Pendidikan Jasmani adalah 2 jam pelajaran/minggu, jumlah waktu tersebut digunakan untuk kegiatan belajar mengajar dan penilaiannya
9. Guru dapat memilih aktivitas sesuai dengan kondisi dan situasi sekolah, serta memperhatikan faktor pertumbuhan dan perkembangan siswa
10. Dalam menyusun kegiatan pembelajaran, guru dapat menggabungkan beberapa kompetensi dasar dalam satu aktivitas
11. Untuk pembinaan siswa yang berminat terhadap satu atau beberapa jenis aktivitas/cabang olahraga tertentu, dapat dilakukan dalam kegiatan ekstrakurikuler atau bergabung pada perkumpulan olahraga


12. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah:
a. Tahapan pelaksanaan dilakukan dimulai dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari jarak yang dekat ke yang jauh, dan dari tingkat kesulitan yang rendah ke yang tinggi
b. Pengorganisasian kegiatan dilaksanakan dengan perorangan, berpasangan, kelompok kecil dan kelompok besar
c. Cara pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan latihan, menirukan, permainan, perlombaan, dan pertandingan
13. Waktu yang dialokasikan untuk pelajaran Pendidikan Jasmani terbatas, maka guru diharapkan menyusun kegiatan ekstrakurikuer dalam upaya mencapai keseluruhan kompetensi di dalam kurikulum, yang kegiatannya dapat dilaksanakan pada waktu luang/senggang, seperti: sore hari atau hari libur
14. Guru diharapkan dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia untuk pelaksanaan pembelajaran, baik di halaman sekolah, ruang kelas atau benda-benda lain di sekitar sekolah yang dapat digunakan sebagai alat bantu pembelajaran
15. Dalam pembelajaran semua siswa dilibatkan secara langsung dalam praktik, hindari waktu menunggu giliran yang lama (satu anak melakukan anak lain memperhatikan) hal ini membuat siswa bosan
16. Beberapa metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran adalah:
Metode Eksplorasi, Diskoveri, pemecahan masalah, komando, latihan sirkuit, latihan berbeban, latihan interval, tugas, periksa sendiri, dan lain-lain
16. Contoh tahap pembelajaran Pendidikan Jasmani terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1) Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini mencakup langkah-langkah persiapan, seperti:
a. penetapan tujuan pembelajaran
b. memilih metode pembelajaran
c. memilih materi pembelajaran
d. menentukan alokasi waktu
e. menentukan alat dan sumber bahan pelajaran
f. memilih jenis evaluasi, dan lain-lain
2) Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pada dasarnya menerapkan apa yang telah dilakukan pada tahap persiapan
3) Tahap Evaluasi
a. mengumpulkan informasi tentang pencapaian kompetensi, tujuan evaluasi adalah menilai sejauh mana siswa mampu mencapai kompetensi hasil belajar
b. memberikan umpan balik terhadap jalannya pembelajaran
17. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dapat digunakan untuk mengetahui derajat kebugaran, dan tes pengukuran
18. Penilaian merupakan upaya pengumpulan informasi untuk mengetahui seberapa jauh kompetensi Pendidikan Jasmani telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dalam satu atau beberapa pertemuan, semester, akhir tahun pembelajaran
19. Aspek yang dinilai dalam Pendidikan Jasmani meliputi: aspek kebugaran, keterampilan, pengetahuan dan sikap
20. Teknik penilaian dilakukan dengan tes (melalui pengukuran) dan non tes (melalui pengamatan).






BAB II
KOMPETENSI DASAR, INDIKATOR, DAN MATERI POKOK

Kelas : X
Standar Kompetensi : 1. Memperagakan kemampuan untuk melakukan dan merancang aktivitas pengembangan
untuk meningkatkan dan memelihara kebugaran yang berdasarkan konsep yang benar dan
memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Aspek : Aktivitas Pengembangan

Kompetensi Dasar
Indikator
Materi Pokok
1. 1. Melakukan berbagai latihan fisik untuk meningkatkan dan memelihara kebugaran jasmani

· Mendeskripsikan konsep kebugaran jasmani dalam kehidupan
· Melakukan berbagai bentuk latihan kekuatan, kelenturan, keseimbangan untuk mengembangkan kebugaran jasmani

· Konsep dan teori kebugaran jasmani
· Latihan peningkatan dan pemeliharaan kebugaran jasmani

1.2. Melakukan tes dan pengukuran kebugaran jasmani
· Mempersiapkan pengorganisasian dalam melakukan tes dan pengukuran kebugaran jasmani.
· Melakukan tes pengukuran kebugaran jasmani
· Menerapkan ketelitian, kesabaran, keuletan dan kecermatan dalam pengolahan data.
· Mematuhi prosedur, prinsip-prinsip tes dan pengukuran

· Konsep dasar tes pengukuran kebugaran jasmani
· Tes kebugaran jasmani

1. 3. Mengolah dan menginter-pretasikan hasil tes dan pengukuran kebugaran jasmani

· Mengolah hasil tes dan pengukuran kebugaran jasmani.
· Menginterpretasikan hasil pengolahan tes

· Pengolahan hasil tes dan pengukuran kebugaran jasmani

Standar Kompetensi : 2. Melakukan teknik, strategi, dan taktik berbagai permainan dan olahraga berdasarkan
konsep yang benar dan memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Aspek : Permainan dan Olahraga

Kompetensi dasar
Indikator
Materi Pokok
2.1. Melakukan keterampilan salah satu nomor olahraga beregu dengan menggunakan bola besar (sepak bola,bola voli atau bola basket)
· Menendang bola dengan teknik yang benar
· Mengontrol bola dengan teknik yang benar
· Menggiring bola dengan teknik yang benar
· Bermain sepakbola dengan peraturan yang sesungguhnya
· Menerapkan nilai kompetisi, pantang menyerah dan fair play dalam permainan

· Permainan sepak bola


Kompetensi dasar
Indikator
Materi Pokok

· Melakukan berbagai macam servis dengan teknik yang benar
· Melakukan passing dengan teknik yang benar
· Melakukan smash dan block
· Memilih posisi yang sesuai dengan keterampilan yang dimiliki
· Mengkoordinasikan gerakan dengan teman satu tim
· Menerapkan nilai kompetisi, pantang menyerah dan fair play dalam permainan
· Menerapkan peraturan permainan

· Permainan bola voli


· Melempar dan menangkap bola
· Menggiring bola
· Lay-up
· Menembak (shooting)
· Memilih posisi yang sesuai dengan keterampilan yang dimiliki
· Menerapkan nilai kompetisi, pantang menyerah dan fair play dalam permainan
· Menerapkan peraturan permainan

· Permainan bola basket dan bola tangan

2.2. Melakukan keterampilan salah satu nomor olahraga beregu dengan menggunakan bola kecil (baseball atau softball)
· Melempar dan menangkap bola dengan benar
· Memukul bola dengan teknik yang benar
· Melakukan sliding dengan teknik benar
· Melakukan beberapa taktik mematikan lawan
· Menerapkan dasar-dasar taktik dan strategi pertandingan
· Menerapkan nilai kompetisi, pantang menyerah dan fair play dalam permainan
· Menerapkan peraturan permainan

· Permainan softball dan baseball

2.3. Melakukan keterampilan salah satu nomor olahraga perorangan dengan menggunakan bola kecil (tenis lapangan, tenis meja atau bulutangkis)

· Melakukan servis
· Memukul bola/sutlechok
· Menerapkan peraturan permainan

· Permainan tenis lapangan, bulu tangkis atau tenis meja

2.4. Melakukan keterampilan salah satu nomor olahraga perorangan atletik (lari, lompat, lempar, atau tolak)
· Melakukan teknik dalam nomor lari
· Melakukan teknik nomor lompat jauh
· Melakukan teknik nomor lompat tinggi
· Melakukan teknik nomor tolak peluru
· Melakukan strategi dan taktik dalam nomor-nomor atletik
· Menerapkan peraturan perlombaan
· Olahraga perorangan atletik


Kompetensi dasar
Indikator
Materi Pokok
2. 5. Melakukan keterampilan salah satu nomor olahraga perorangan bela diri (pencak silat, karate atau tae kwon do)
· Melakukan berbagai teknik pukulan dengan baik dalam bela diri
· Melakukan berbagai teknik tendangan dalam bela diri
· Melakukan berbagai teknik elakan/tangkisan dalam bela diri
· Menerapkan peraturan yang berlaku

· Olahraga perorangan bela diri


Standar Kompetensi : 3. Melakukan berbagai keterampilan senam berdasarkan konsep yang benar dan memiliki
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Aspek : Aktivitas Senam

Kompetensi dasar
Indikator
Materi Pokok
3.1. Melakukan senam lantai dengan benar

· Berguling, kayang, sikap lilin, guling lenting (neckspring), berdiri dengan kepala, berdiri dengan kedua telapak tangan
· Melakukan rangkaian gerak senam

· Senam lantai


Standar Kompetensi : 4. Melakukan berbagai aktivitas ritmik, hasil kreasi rangkaian, dan koordinasi gerak
berirama yang berdasarkan konsep yang benar dan memiliki nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya.

Aspek : Aktivitas Ritmik

Kompetensi dasar
Indikator
Materi Pokok
4.1. Melakukan salah satu bentuk senam irama
· Melakukan rangkaian dasar gerak ayunan lengan dengan pita/tali.
· Melakukan rangkaian ayunan lengan, langkah kaki dan anggota tubuh lainnya dengan pita/tali
· Mematuhi prosedur dan prinsip-prinsip dalam senam irama

· Senam irama dengan alat



· Melakukan rangkaian dasar gerak ayunan lengan dengan gada/tongkat
· Melakukan rangkaian ayunan lengan, langkah kaki anggota tubuh lainnya
· Mematuhi prosedur dan prinsip-prinsip dalam senam irama

· Senam irama dengan alat




Standar Kompetensi : 5. Memperagakan teknik-teknik gaya renang, permainan di air, dan upaya penyelamatan di
air berdasarkan konsep yang benar dan memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Aspek : Akuatik (Aktivitas Air)

Kompetensi Dasar
Indikator
Materi Pokok
5.1. Melakukan teknik salah satu gaya renang

· Melakukan teknik mengapung di air
· Melakukan teknik meluncur
· Melakukan teknik bernapas renang gaya bebas
· Melakukan renang gaya bebas
· Melakukan lomba renang gaya bebas
· Mematuhi peraturan perlombaan renang

· Renang gaya bebas


Standar Kompetensi : 6. Melakukan berbagai aktivitas di luar Kelas seperti keterampilan penjelajahan dan
penyelamatan dalam kegiatan-kegiatan di alam bebas berdasarkan konsep yang benar dan
memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Aspek : Pendidikan Luar Sekolah (Outdoor Education)

Kompetensi dasar
Indikator
Materi Pokok
6.1. Memperagakan keterampilan menjelajah di alam bebas

· Memilih lokasi yang aman dan nyaman
· Menggunakan peralatan/perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan
· Menelusuri dan menyeberangi sungai
· Menerapkan prinsip dasar menjelajah di pantai dan sungai

· Penjelajahan di pantai dan sungai

6.2. Memperagakan pertolongan kecelakaan di alam bebas
· Melakukan langkah-langkah awal penyelamatan
· Mematuhi prinsip dan peraturan penyelamatan
· Menerapkan pengetahuan tentang penyelamat-an kecelakaan di alam bebas
· Memperagakan keterampilan penyelamatan kecelakaan di hutan dan sungai

· Penyelamatan di alam bebas


Kelas : XI
Standar Kompetensi : 1. Memperagakan kemampuan untuk melakukan dan merancang aktivitas pengembangan
untuk meningkatkan dan memelihara kebugaran yang berdasarkan konsep yang benar
dan memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Aspek : Aktivitas Pengembangan

Kompetensi dasar
Indikator
Materi Pokok
1.1. Melakukan berbagai bentuk latihan untuk peningkatan kebugaran jasmani
· Melakukan berbagai bentuk latihan kelincahan
· Melakukan berbagai bentuk latihan ketepatan
· Melakukan berbagai bentuk latihan reaksi
· Melakukan berbagai bentuk latihan kekuatan
· Melakukan berbagai bentuk latihan kecepatan
· Melakukan berbagai bentuk latihan daya tahan

· Latihan kebugaran jasmani

1.2. Melakukan pengukuran unsur-unsur kebugaran jasmani
· Menerapkan konsep dasar tes dan pengukuran kebugaran jasmani
· Mengukur kelincahan
· Mengukur kekuatan
· Mengukur daya tahan
· Mengukur kecepatan
· Mengukur kelentukan

· Pengukuran kebugaran

1.3. Melakukan dan meng-interpretasikan hasil tes pengukuran kebugaran jasmani

· Mengolah hasil tes pengukuran kebugaran jasmani
· Menginterpretasikan hasil tes pengukuran kebugaran jasmani

· Pengolahan hasil tes dan pengukuran

Standar Kompetensi : 2. Melakukan teknik, strategi, dan taktik berbagai permainan dan olahraga berdasarkan
Konsep yang benar dan memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Aspek : Permainan dan olahraga

Kompetensi dasar
Indikator
Materi Pokok
2.1. Mengintegrasikan teknik salah satu nomor olahraga beregu menggunakan bola besar (sepak bola, bola voli, bola basket, atau bola tangan) dengan baik, tepat, dan lancar
· Menggunakan berbagai formasi, bentuk, dan strategi dalam permainan sepak bola
· Menerapkan dasar-dasar strategi dan taktik penyerangan maupun pertahanan sepak bola
· Memperlihatkan nilai pantang menyerah, dan jujur (fair play) dalam permainan

· Pengintegrasian teknik dalam permainan sepak bola


· Menggunakan berbagai formasi, bentuk, dan strategi dalam permainan bola voli
· Menerapkan dasar-dasar strategi dan taktik penyerangan maupun pertahanan bola voli
· Menerapkan peraturan permainan

· Pengintegrasian teknik dalam permainan bola voli

Kompetensi Dasar
Indikator
Materi Pokok

· Menggunakan berbagai formasi, bentuk, dan strategi dalam permainan bola basket/bola tangan
· Menerapkan dasar-dasar strategi dan taktik penyerangan maupun pertahanan bola basket/bola tangan
· Menerapkan peraturan permainan

· Pengintegrasian teknik dalam permainan bola basket dan bola tangan

2.2. Mengintegrasikan teknik salah satu nomor olahraga beregu menggunakan bola kecil (softball atau baseball) dengan baik, tepat, dan lancar

· Menggunakan berbagai formasi, bentuk, dan strategi dalam permainan softball/baseball
· Menerapkan dasar-dasar strategi dan taktik penyerangan maupun pertahanan softball/baseball
· Menerapkan peraturan permainan

· Pengintegrasian teknik dalam permainan softball dan baseball

2.3. Mengintegrasikan teknik salah satu nomor olahraga perorangan (bulutangkis, tenis lapangan atau tenis meja) dengan baik, tepat, dan lancar

· Memperagakan berbagai teknik gerak cabang olahraga bulutangkis dan tenis
· Menerapkan taktik penyerangan dan pertahan-an dalam berbagai cabang olahraga individu
· Menerapkan peraturan yang berlaku dalam permainan

· Pengintegrasian teknik dalam permainan bulu tangkis dan tenis

2.4. Mengintegrasikan teknik salah satu nomor olahraga perorangan atletik (lari, lompat, lempar atau tolak) dengan baik, tepat, dan lancar

· Memperagakan berbagai teknik atletik (lari, lompat, lempar/tolak)
· Menerapkan dasar-dasar strategi dan taktik dalam atletik
· Menerapkan peraturan yang berlaku dalam permainan

· Pengintegrasian teknik dalam Atletik

2.5. Mengintegrasikan teknik salah satu nomor olahraga perorangan bela diri (pencak silat, karate atau tae kwon do)dengan baik, tepat, dan lancar

· Memperagakan berbagai teknik bela diri (teknik tendangan, pukulan, elakan)
· Menerapkan dasar-dasar strategi dan taktik dalam bela diri
· Menerapkan peraturan yang berlaku dalam pertandingan

· Pengintegrasian teknik dalam Bela diri


Standar Kompetensi : 3. Melakukan berbagai keterampilan senam berdasarkan konsep yang benar dan memiliki
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Aspek : Aktivitas Senam

Kompetensi Dasar
Indikator
Materi Pokok
3.1. Melakukan senam lantai dengan baik dan benar
· Menerapkan konsep dasar senam lantai
· Melakukan guling, hand-spring, neck-spring, head-spring, meroda
· Melakukan gerakan rangkaian senam

· Senam lantai

Standar Kompetensi : 4. Melakukan berbagai aktivitas ritmik, hasil kreasi rangkaian, dan koordinasi gerak
berirama yang berdasarkan konsep yang benar dan memiliki nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya.

Aspek : Aktivitas Ritmik

Kompetensi Dasar
Indikator
Materi Pokok
4.1. Melakukan gerak dasar senam aerobik dengan benar, tepat, dan lancar

· Melakukan rangkaian dasar koordinasi gerak langkah kaki – ayunan lengan dan gerak anggota tubuh lainnya
· Mematuhi peraturan dalam tari modern

· Senam Aerobik


Standar Kompetensi : 5. Memperagakan teknik-teknik gaya renang, permainan di air, dan upaya penyelamatan di air berdasarkan konsep yang benar dan memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Aspek : Akuatik (Aktivitas Air)

Kompetensi Dasar
Indikator
Materi pokok
5.1. Melakukan keterampilan koordinasi teknik salah satu gaya renang dengan baik, tepat, dan lancar
· Melakukan teknik meluncur renang gaya dada
· Melakukan teknik bernapas renang gaya dada
· Melakukan renang gaya dada dengan kombinasi gerakan kaki dan tangan
· Melakukan lomba renang gaya dada
· Mematuhi peraturan perlombaan renang

· Renang gaya dada


Standar Kompetensi : 6. Melakukan berbagai aktivitas di luar Kelas seperti keterampilan penjelajahan dan
penyelamatan dalam kegiatan-kegiatan di alam bebas berdasarkan konsep yang benar dan
memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Aspek : Pendidikan Luar Kelas (Outdoor Education)

Kompetensi Dasar
Indikator
Materi Pokok
6.1. Memperagakan keterampilan menjelajah dan penyelamatan di alam bebas
· Memilih lokasi yang aman dan nyaman
· Menggunakan peralatan/perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan
· Menelusuri perbukitan/pegunungan
· Menerapkan prinsip menjelajah di perbukitan/pegunungan

· Penjelajahan dan penyelamatan di alam bebas

Kelas : XII
Standar Kompetensi : 1. Memperagakan kemampuan untuk melakukan dan merancang aktivitas pengembangan
untuk meningkatkan dan memelihara kebugaran yang berdasarkan konsep yang benar dan
memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Aspek : Aktivitas Pengembangan

Kompetensi Dasar
Indikator
Materi Pokok
1.1. Merancang program latihan fisik untuk pemeliharaan kebugaran jasmani
· Melakukan berbagai bentuk latihan kebugaran jasmani yang sesuai dengan cabang olahraga yang diminati
· Melakukan berbagai bentuk latihan untuk kekuatan otot
· Melakukan berbagai bentuk latihan untuk daya tahan

· Latihan kebugaran jasmani
1.2. Menyusun program pengukuran kebugaran jasmani

· Memahami konsep dasar tes dan pengukuran kebugaran jasmani
· Menerapkan tes pengukuran kebugaran jasmani sesuai dengan cabang olahraga yang diminati

· Tes dan Pengukuran kebugaran jasmani
1.3. Mengolah hasil pengukuran kebugaran jasmani
· Memahami konsep dasar tentang pengolahan hasil tes dan pengukuran kebugaran jasmani
· Melakukan langkah-langkah pengolahan nilai hasil tes dan pengukuran kebugaran jasmani

· Pengoolahan hasil tes dan pengukuran

Standar Kompetensi : 2. Melakukan teknik, strategi, dan taktik berbagai permainan dan olahraga berdasarkan
konsep yang benar dan memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Aspek : Permainan dan Olahraga

Kompetensi Dasar
Indikator
Materi Pokok
2.1. Menerapkan strategi dan taktik salah satu nomor olahraga beregu menggunakan bola besar (sepak bola, bola voli, bola basket atau bola tangan)

· Menggunakan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan bila menghadapi situasi tertentu
· Menggunakan berbagai variasi, bentuk, dan strategi dalam permainan sepak bola
· Mengorganisasikan pertandingan
· Mengimplementasikan peraturan pertandingan dan perwasitan
· Mengaplikasikan nilai kerja sama kelompok, pantang menyerah, dan fair play dalam permainan

· Strategi dan taktik permainan sepak bola
· Administrasi dan organisasi pertandingan
· Peraturan pertandingan dan perwasitan


Kompetensi Dasar
Indikator
Materi Pokok

· Menggunakan berbagai strategi dan taktik permainan bola voli
· Menggunakan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan bila menghadapi situasi tertentu
· Mengorganisasikan pertandingan
· Mengimplementasikan peraturan pertandingan dan perwasitan
· Menerapkan nilai kerja sama kelompok, pantang menyerah, dan fair play dalam permainan

· Strategi dan taktik permainan bola voli
· Administrasi dan organisasi pertandingan
· Peraturan pertandingan dan perwasitan



· Menggunakan berbagai strategi dan taktik permainan bola basket dan bola tangan
· Menggunakan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan bila menghadapi situasi tertentu
· Mengorganisasikan pertandingan
· Mengimplementasikan peraturan pertandingan dan perwasitan
· Menerapkan nilai kerja sama kelompok, pantang menyerah, dan fair play dalam permainan

· Strategi dan taktik permainan bola basket dan bola tangan
· Administrasi dan organisasi pertandingan
· Peraturan pertandingan dan perwasitan

2.2. Menerapkan strategi dan taktik salah satu nomor olahraga beregu menggunakan bola kecil (softball atau baseball)
· Menggunakan berbagai strategi dan taktik permainan softball dan baseball
· Menggunakan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan bila menghadapi situasi tertentu
· Mengorganisasikan pertandingan
· Mengimplementasikan peraturan pertandingan dan perwasitan
· Menerapkan nilai kerja sama kelompok, pantang menyerah, dan fair play dalam permainan

· Strategi dan taktik permainan softball dan baseball
· Administrasi dan organisasi pertandingan
· Peraturan pertandingan dan perwasitan

2.3 Menerapkan strategi dan taktik salah satu nomor olahraga perorangan (tenis lapangan, tenis meja atau bulutangkis)

· Menerapkan strategi dan taktik permainan tunggal, ganda, dan ganda campuran dalam permainan bulutangkis, dan tenis
· Mengorganisasikan pertandingan
· Mengimplementasikan peraturan pertandingan dan perwasitan
· Menerapkan nilai-nilai pantang menyerah dan fair play dalam permainan

· Strategi dan taktik permainan tenis dan bulutangkis
· Administrasi dan organisasi pertandingan
· Peraturan pertandingan dan perwasitan


Kompetensi Dasar
Indikator
Materi Pokok
2.4. Menerapkan strategi dan taktik salah satu nomor olahraga perorangan atletik (lari, lompat, lempar atau tolak)

· Menerapkan strategi dan taktik lari jarak pendek
· Menerapkan strategi dan taktik lari jarak mene-ngah
· Menerapkan strategi dan taktik lompat jauh
· Menerapkan strategi dan taktik lompat tinggi
· Menerapkan strategi dan taktik tolak peluru
· Menerapkan strategi dan taktik lempar lembing
· Menerapkan strategi dan taktik lempar cakram
· Mengorganisasikan perlombaan
· Mengimplementasikan peraturan perlombaan dan perwasitan
· Menerapkan nilai-nilai pantang menyerah dan fair play dalam permainan

· Strategi dan taktik atletik
· Administrasi dan organisasi perlombaan
· Peraturan dan perwasitan perlombaan


2.5. Menerapkan strategi dan taktik salah satu nomor olahraga perorangan (bela diri)

· Menerapkan strategi dan taktik penyerangan dan pertahanan dalam olahraga beladiri
· Mengorganisasikan pertandingan
· Mengimplementasikan peraturan pertandingan dan perwasitan
· Menerapkan nilai-nilai pantang menyerah dan fair play dalam permainan

· Strategi dan taktik beladiri
· Administrasi dan organisasi pertandingan
· Peraturan pertandingan dan perwasitan


Standar Kompetensi : 3. Melakukan berbagai keterampilan senam berdasarkan konsep yang benar dan memiliki
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Aspek : Aktivitas Senam

Kompetensi Dasar
Indikator
Materi Pokok
3.1. Melakukan salah satu nomor senam lantai dengan alat atau tanpa alat

· Melakukan gerakan salto ke depan
· Melakukan gerakan flik-flak
· Melakukan gerakan lompat kangkang
· Melakukan gerakan loncat harimau (Tiger sprong)
· Melakukan gerakan lompat jongkok
· Berguling di atas peti
· Melakukan gerak ketangkasan beregu (membentuk piramid)

· Senam lantai dan ketangkasan


Standar Kompetensi : 4. Melakukan berbagai aktivitas ritmik, hasil kreasi rangkaian, dan koordinasi gerak
berirama yang berdasarkan konsep yang benar dan memiliki nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya.

Aspek : Aktivitas Ritmik

Kompetensi Dasar
Indikator
Materi Pokok
4.1. Menyusun rangkaian gerak sederhana senam aerobik

· Menciptakan rangkaian gerak senam aerobik

· Rangkaian gerak senam aerobik


Standar Kompetensi : 5. Memperagakan teknik-teknik gaya renang, permainan di air, dan upaya penyelamatan di
air berdasarkan konsep yang benar dan memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Aspek : Akuatik (Aktivitas Air)

Kompetensi Dasar
Indikator
Materi Pokok
5.1. Melakukan penyelamatan di air
· Memahami berbagai teknik penyelamatan di air
· Melakukan penyelamatan dengan membawa satu korban
· Mematuhi peraturan dan prosedur renang penyelamatan

· Penyelamatan di air

5.2. Bermain polo air

· Melakukan keterampilan bermain polo air
· Melakukan permainan polo air
· Mematuhi peraturan permainan polo air

· Polo air

Standar Kompetensi : 6. Melakukan berbagai aktivitas di luar Kelas seperti keterampilan penjelajahan dan
penyelamatan dalam kegiatan kegiatan di alam bebas berdasarkan konsep yang benar dan
memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Aspek : Pendidikan Luar Kelas (Outdoor Education)

Kompetensi Dasar
Indikator
Materi Pokok
6.1. Merancang penjelajahan di alam bebas


· Memilih jalan yang aman untuk dilalui
· Memilih lokasi yang nyaman untuk istirahat
· Menggunakan peralatan dan perlengakapan yang sesuai
· Menerapkan prinsip dasar menjelajah hutan dan pegunungan
· Memiliki etika yang baik dalam aktivitas penje-lajahan

· Penjelajahan di hutan dan pegunungan

6.2. Mempraktikkan penyelamatan kegiatan di alam bebas

· Menampilkan keterampilan dasar penyelamatan kecelakaan dalam penjelajahan di hutan dan pegunungan
· Mempraktikkan penyelamatan kecelakaan dalam penjelajahan di hutan dan gunung

· Penyelamatan di hutan dan gunung
« Osteoporosis
Pelopor Psikologi Olahraga Di Indonesia »
Sejarah Singkat Psikologi Olahraga


Psikologi olahraga pertama kali dikenalkan oleh Norman Triplett pada tahun 1898. Norman Triplett menemukan bahwa waktu tempuh pembalap sepeda menjadi lebih cepat jika mereka membalap di dalam sebuah tim atau berpasangan dibanding jika membalap sendiri.
Baru tahun 1925 laboratorium psikologi olahraga pertama di Kawasan Amerika Utara berdiri. Pendirinya adalah Coleman Griffith dari Universitas Illinois. Griffith tertarik pada pengaruh faktor-faktor penampilan atletis seperti waktu reaksi, kesadaran mental, ketegangan dan relaksasi otot serta kepribadian. Dia lalu menerbitkan dua buah buku, The Psychology of Coaching (1926)- buku pertama di dunia Psikologi Olahraga-dan The Psychology of Athletes (1928).
Pada tahun yang sama, di Eropa sebenarnya juga berdiri sebuah laboratorium Psikologi Olahraga yang didirikan oleh A.Z Puni di Institute of Physical Culture in Leningrad. Namun Laboratorium Psikologi Olahraga pertama di dunia sebenarnya didirikan tahun 1920 oleh Carl Diem di Deutsce Sporthochschule di Berlin, Jerman.
Setelah periode tersebut psikologi olahraga mengalami kemandekan. Baru pada tahun 1960-an psikologi olahraga kembali mulai berkembang. Perkembangan ini ditandai dengan banyaknya lembaga-lembaga pendidikan membuka konsentrasi pengajaran pada Psikologi Olahraga. Puncaknya adalah pembentukan International Society of Sport Psychology (ISSP) oleh para ilmuan dari penjuru Eropa. Kongres internasional pertama diadakan pada tahun yang sama di Roma, Italia.
Pada tahun 1966, sekelompok psikolog olahraga berkumpul di Chicago untuk membicarakan pembentukan semacam ikatan psikologi olahraga. Mereka kemudian dikenal dengan nama North American Society of Sport Psychology and Physical Activity (NASPSPA).
Journal Sekolah pertama yang dipersembahkan untuk psikologi olahraga keluar tahun 1970 dengan nama The International Journal of Sport Psychology. Kemudian diikuti oleh Journal of Sport Psychology tahun 1979. Meningkatnya minat melakukan penelitian dalam bidang psikologi olahraga di luar laboratorium memicu pembentukan Advancement of Applied Sport Psychology (AAASP) pada tahun 1985 dan lebih berfokus secara langsung pada psikologi terapan baik dalam bidang kesehatan maupun dalam konteks olahraga.
Kini Psikologi Olahraga sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kongres International Society of Sport Psychology Conference Di Yunani tahun 2000 telah dihadiri lebih dari 700 peserta yang berasal dari 70 negara. American Psychological Association pun telah memasukkan psikologi olahraga dalam divisi mandiri yakni divisi 47.
Penerbitan dan jurnal pun sudah sangat banyak. Beberapa penerbitan dan jurnal tersebut adalah (a) International Journal of Sport Psychology (1970); (b) Journal of Sport Psychology (1979) yang kemudian berubah nama menjadi 1988 Journal of Sport and Exercise

Jumat, 09 Mei 2008

Kurang Energi Protein

Pada menu ini anda akan mendapatkan informasi seputar masalah Kurang Energi-Protein, yang meliputi :
Epidemiologi Menu ini hadir untuk memberikan informasi kepada anda tentang beberapa aspek epidemiologi dari masalah KEP, baik yang sudah diterbitkan maupun yang masih berupa dokumen sementara.
Informasi yang akan tersaji terdiri dari: Peta Masalah, Data Prevalensi, Cakupan Program, dan Hasil Monitoring. Beberapa keterbatasan teknis maupun non-teknis sering dijumpai dalam proses Penyusunan dokumen, sehingga informasi yang tersaji mungkin belum lengkap. Namun demikian, Redaksi akan selalu berusaha melengkapinya untuk memenuhi harapan anda.

Riset dan Teknologi Menu ini hadir untuk memberikan informasi kepada anda tentang beberapa penelitian/studi masalah KEP serta aspek-aspek teknologi yang sedang berkembang.
Informasi yang akan tersaji terdiri dari: Studi pengembangan, Survei evaluasi, Uji coba teknologi/metodologi, serta beberapa Riset sebagai tugas akhir yang dilakukan oleh mahasiswa (baik tingkat Sarjana maupun Pascasarjana) di dalam negeri maupun luar negeri. Beberapa keterbatasan teknis maupun non-teknis banyak kami dijumpai selama proses Penyusunan dokumen, sehingga informasi yang tersaji mungkin belum lengkap. Namun demikian, Redaksi akan selalu berusaha melengkapinya untuk memenuhi harapan anda.

Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Pada menu ini anda akan mendapatkan informasi tentang beberapa sarana yang dihasilkan sebagai media komunikasi, media informasi, maupun media edukasi dalam rangka pengembangan wawasan masalah Kurang Energi-Protein.

Makalah/Artikel Pada menu ini anda akan mendapatkan informasi tentang beberapa Makalah yang dibuat oleh pakar gizi pada kegiatan-kegiatan tertentu seperti seminar, simposium, diskusi panel, dan sejenisnya; maupun artikel-artikel yang dimuat pada media massa tertentu yang membahas masalah Kurang Energi-Protein.

PIJAT UNTUK KEBUGARAN

PIJAT UNTUK KEBUGARAN
Sebagai cara kuno yang bebas efek sampingan, pijat tak cuma berkhasiat membuang rasa lelah dan stres, tetapi juga dipercaya menjaga kebugaran sekaligus meningkatkan unjuk kerja badan.
Bagi Ir. Pramana, M.Sc. - sebut saja demikian - pijat sudah jadi kebutuhan. Dua minggu sekali pejabat teras di salah satu BUMN di lingkup pertambangan dan energi ini melemaskan otot-ototnya yang kaku di salah satu panti pijat tunanetra di kawasan Kampung Melayu, Jakarta. Kebiasaan ini sudah ia lakoni sejak hampir 15 tahun lalu. Dalam kurun waktu itu ia merasakan badannya tetap fit. Tidak sedikit orang yang memanfaatkan pijat, apa pun jenis pemijatan itu, sebagai salah satu cara agar tetap bugar seperti halnya Pramana.
Akan tetapi khasiat pijat tak cuma membuat badan segar. Para ilmuwan dari Touch Research Institute di Universitas Miami mengklaim, pijat bisa mengurangi rasa sakit pada penderita migren (salah satu jenis sakit kepala). Kesimpulan itu diambil setelah mereka melakukan percobaan pada 26 pasien yang menjalani pemijatan kepala dua kali seminggu selama lima minggu. Maria Hernandez-Reif, Ph.D., juru bicara tim peneliti, menyatakan, "Sebagian pasien berhenti berobat di tengah jalan. Sedangkan sepertiganya berkurang rasa sakitnya."
Di pusat riset pemijatan yang didirikan tahun 1992 itu, pijat juga dipercaya bisa mengurangi stres kerja, dan sebaliknya meningkatkan unjuk kerja. Untuk sampai pada kesimpulan itu, para ahli kembali mengamati 26 orang. Mereka mendapatkan pemijatan dua kali seminggu selama 15 menit dalam kurun waktu lebih dari lima minggu.
Seusai sesi pemijatan pertama, terjadi perubahan pada gelombang otak yang membuat kewaspadaan bertambah tinggi dan meningkatnya kemampuan dalam memecahkan soal matematika. Sedangkan pada akhir periode pemijatan terjadi penurunan stres kerja diikuti dengan mood (suasana hati) yang lebih santai.
Gara-gara asam laktatPemijatan bisa menurunkan rasa sakit pada penderita migren dan juga melonggarkan stres, agaknya belum diketahui benar. Yang pasti, berdasarkan pengalaman empiris Hariono, pemilik griya pijat Bersih-Sehat di Jakarta, stres memang bisa dikurangi dengan pemijatan. "Soalnya, kalau kita stres, semuanya tegang. Kondisi ini akan berpengaruh pada fisik. Dengan pemijatan sekujur tubuh, titik-titik tubuh yang tegang dirangsang agar pulih seperti sedia kala," katanya.
Perasaan tegang atau capek di badan adalah indikasi menumpuk asam laktat, atau asam susu, di otot. Asam laktat ini timbul pada proses pembakaran di dalam otot yang aktif. Dalam kegiatan ini selain dihasilkan energi juga didapat sisa pembakaran, yaitu berupa asam laktat itu. Makin lama aktivitas dijalankan, energi yang dihasilkan semakin kecil sementara sisa pembakaran berupa asam laktat itu justru menumpuk. Penumpukan asam laktat inilah yang menyebabkan rasa lelah atau capek. Secara fisik, otot yang lelah terasa lebih kaku dan keras. Jika dipegang tidak terasa elastis dan tidak rileks.
Otot yang tidak rileks akan mengganggu alat-alat tubuh, misalnya pembuluh darah vena atau arteri. Juga pembuluh limpa dan persarafan. Bisa jadi pembuluh darah tertekan atau saraf-saraf terjepit. Akibatnya, peredaran darah menjadi kurang lancar dan saraf menjadi kurang sensitif. "Sebenarnya, rasa capek itu bisa hilang dengan istirahat. Tetapi dengan pemijatan, proses pengeluaran sisa-sisa pembakaran ke dalam aliran darah dipercepat. Dengan begitu pemulihannya pun akan lebih cepat," papar Soetrisno, pengajar teori dan praktik pijat pada Fakultas Pendidikan Olahraga Kesehatan IKIP Jakarta.
Dalam pandangan Elliot Greene, ketua American Massage Therapy Association, pemijatan mempengaruhi tubuh secara keseluruhan. Di antaranya, meningkatkan sirkulasi darah dan aliran limpa. Sirkulasi limpa tidak seperti darah, sehingga perpindahannya sangat tergantung pada kontraksi otot. Pemijatan secara nyata bisa mendongkrak perpindahan cairan limpa atau getah bening.
Soetrisno. "Pengaruh pijat harus bisa langsung dirasakan.
Pemijatan juga akan mempengaruhi kondisi kulit lantaran peningkatan fungsi minyak yang menjaga kulit tetap bersih dan sejuk. Pemijatan juga bisa membuat kulit kaku menjadi lembut.
Sembuh seketikaSecara umum ada enam tujuan pemijatan. Pertama, untuk stimulasi, ditujukan terutama bagi orang yang merasa letih dan mengalami kebosanan sehingga tubuh perlu "diisi" kembali. Kedua, dengan tujuan relaksasi, cocok untuk mereka yang terkena beban kerja berat. Ketiga, untuk menjaga kesehatan. Keempat, untuk pencegahan penyakit. Kelima, untuk maksud memompa kondisi fisik, dan keenam untuk rehabilitasi, terutama bagi mereka yang cedera.
Di Indonesia pijat stimulasi dengan tujuan menghilangkan rasa capek sudah digandrungi sejak lama. Dalam sistem Swedia pijat jenis ini disebut sport massage yang bisa diberikan kapan saja. Misalkan saja, tanpa harus menunggu besok atau lusa, sehabis berolahraga berat bisa langsung dipijat.
Menurut Soetrisno, rasa sakit pada otot lantaran capek bisa langsung hilang sesudah pemijatan. "Bukannya sekarang dipijat tetapi enaknya baru besok atau lusa. Kalau tadinya nggak bisa mengangkat tangan, sehabis pijat harus bisa langsung diangkat. Kondisi sembuh seketika inilah yang menjadi ukuran keberhasilan pemijatan," paparnya.
Ihwal frekuensi pemberian pemijatan agaknya tak penting benar, sebab bisa diberikan kapan saja dan di mana saja tanpa perlu khawatir akan membikin otot jadi lumer atau loyo. Tetapi selama prinsip pemijatannya benar, lo!" kata Soetrisno yang mulai praktik memijat sejak tahun 1961.
Bukti empiris bahwa otot tidak akan loyo bila dipijat dialami oleh Paimo San. Ini panggilan akrab warga asal Jepang yang punya hobi berat menjalani pijat di Bersih-Sehat. Setiap hari selama bertahun-tahun Paimo San minta dipijat di satu tempat saja, yaitu bagian punggung. Agaknya, ini konsekuensi dari kegandrungannya bermain hoki selain sebagai guru tetap olahraga di Japan International School, Jakarta. "Ia merasa, sehabis pijat bisa langsung tidur dan kembali segar," papar Hariono yang punya empat buah griya pijat di Jakarta.
Cuma harus diingat, pemijatan jangan sampai meninggalkan bekas biru-biru di kulit alias njarem, kata orang Jawa. Atau malah orang yang dipijat bertambah sakit. Kalau ini yang terjadi, menurut Soetrisno, teknik pemijatannya yang salah. Soalnya, pemijat yang baik bisa menakar besarnya tekanan pemijatan dengan menggunakan perasaannya dan respons dari pasien yang dipijat.
"Kalau kita tekan terasa sakit, ya dikurangi. Jadi, tekanan harus disesuaikan dengan kondisi otot yang dipijat. Selama orang yang kita pijat masih mampu menerima tekanan-tekanan yang kita berikan, maka kira-kira pasnya ya di situ," papar Soetrisno yang berpengalaman memijat atlet bulutangkis putra Indonesia pada era Tan Yoe Hok, Rudy Hartono, sampai Liem Swie King ini.
Sementara itu, lama-tidaknya pemijatan sangat tergantung pada postur tubuh seseorang serta keras-lunaknya otot. Jika otot belum mengalami perubahan, waktu pemijatan seharusnya ditambah. Pemijat yang berpengalaman tahu kapan harus mengakhiri pemijatan.
Enak sampai ketiduranMenurut Soetrisno, ada sembilan cara dasar pemijatan, yakni menggosok (effleurage), memijat-mijat (petrissage), mengguncang-guncang (shaking), memukul-mukul (tapotement), menggerus (friction), menggosok melintang otot (walken), menggeser lipatan kulit (skin rolling), menggetarkan (vibration), dan mengurut (stroking).
Dalam pelaksanaannya pemijat akan melakukan variasi cara pemijatan, tergantung pada kebutuhan. Setiap cara memiliki manfaat yang berbeda. Misalnya, teknik pukulan. Rangsangan yang berupa pukulan itu akan diterima oleh saraf-saraf yang ada di kulit dan diteruskan ke otot sehingga otot itu menjadi lebih aktif.
Di griya pijat Bersih-Sehat pemijatan menggunakan cara yang sudah baku. Mula-mula dengan pemijatan dari kaki hingga leher. Bila pelanggan merasa pusing, pemijatan bisa sampai kepala. Menyusul pengurutan mulai dari kaki hingga leher. Tahap akhir berupa pengompresan dengan air hangat. "Setelah itu saya merasa seperti baterai yang habis di-charge (diisi setrum lagi - Red.)," kata seorang pelanggan mengungkapkan pengalamannya.
Soal adanya kekhawatiran jangan-jangan nanti jadi ketagihan bila sering-sering dipijat, Hariono yang juga hobi pijat ini melihat "ketagihan" itu cuma karena faktor psikis saja. Buktinya, ia pernah mengalami hal itu ketika sedang berada di luar negeri. Keinginannya untuk pijat kandas lantaran tak ada tukang pijat seperti di Tanah Air. "Ternyata nggak apa-apa, tuh," katanya. Sementara Soetrisno lebih melihat, perasaan mengenakkan saat dipijat yang membuat orang ketagihan.
Apakah pemijatan rutin bisa meningkatkan kebugaran? "Harusnya begitu," tandas Soetrisno. Soalnya, peredaran darah akan menjadi lancar. Otot pun menjadi lebih enak. Dengan begitu badan jadi lebih gesit dan lincah.
Dalam Massage Therapy for Health and Fitness, Elliot yang berpengalaman 25 tahun sebagai terapis dan instruktur pijat menandaskan, pemijatan akan meningkatkan kapasitas oksigen dalam darah sampai 10 - 15%. Karena sel tubuh tergantung pada melimpahnya pasokan darah, akibatnya secara keseluruhan badan menjadi lebih sehat.
"BINARAGA SEBAGAI GAYA HIDUP"
Binaraga serupa dengan memperagakan diri. Keterpaduan antara seni tampil dan olah tubuh menjadi sisi yang menentukan keberhasilannya. Tapi untuk bisa eksis, perlu motivasi dan gaya hidup. Itulah yang tersirat dari sosok Ade Rai, "Hercules" dari Indonesia. Tapi, siapa sangka dulu ia hanyalah seorang anak yang bertubuh sedang-sedang saja?
"Pinginnya sih jadi atlet bulu tangkis. Tapi mungkin karena persaingan yang keras dan potensi kurang besar, saya pun gagal," ujar Ade mengenang masa lalunya. Meski tak ada jalur olahraga dalam keluarganya, Ade telah mengenal olahraga sejak umur enam tahun. Bisa jadi kegemaran sang ayah, I Gusti Rai Widjaya, yang menggemari berbagai cabang olahraga di masa mudanya, merasuk dalam jiwa Ade kecil. Malah sejak usia 9 - 17 tahun Ade rutin berlatih bulu tangkis hampir tiap hari.
Di usia 17, terjadi titik balik. Displin latihan bulu tangkis sempat mengacaukan sekolahnya. Saat itu orang tuanya menawarkan pilihan, meneruskan atau berhenti latihan bulu tangkis. "Saya pun mantap mendahulukan sekolah sebab sekolah itu kewajiban sekaligus tanggung jawab pada orang tua dan diri sendiri," kata Ade.
Tujuannya, menang panco!Garis hidupnya rupanya menentukan lain. Di sekolahnya, SMA Kanisius Jakarta - yang muridnya cowok semua - saat itu sedang musim panco. Tak terkecuali pemuda jangkung bernama lengkap I Gusti Agung Rai Kusuma Yudha itu pun ikutan.
Dari pengalaman bertanding panco ia mendapat pelajaran perlunya motivasi dalam mengerjakan sesuatu. Ia pun membandingkan, antara saat kalah bertanding main bulutangkis dan kalah main panco. "Dulu kalau kalah main bulutangkis, saya merasa biasa saja. Tapi saat kalah panco, saya kecewa luar biasa," tuturnya. Dengan semangat untuk bisa menang, tiap hari ia berlatih keras dengan ber-push-up mulai ratusan hingga ribuan kali. Selain itu Ade rajin mengangkat barbel, terutama yang dobel untuk memperbesar dan memperkuat otot lengan. Usaha lain pemuda kelahiran Jakarta, 6 Mei 1970, itu adalah bergabung dengan fitness center yang lagi mode. Dari pendekatan secara alamiah, tubuhnya ternyata berkembang makin atletis.
Tak heran bila Yoppy Irawan, manajer tim binaraga DKI (saat itu) yang kebetulan bertemu saat Ade berolahraga di kompleks Senayan, mengajaknya untuk ikut binaraga.
Arahan baik baru didapat setelah Ade tinggal di Bandung. Tepatnya Oktober 1989, ketika ia jadi anggota klub SOSI (School of Selfdefense Indonesia) di kota kembang. SOSI jadi kelompok binaraga pertama yang dimasukinya. Tujuannya waktu itu pun bukan untuk jadi atlet, tapi sekadar ingin tahu lebih banyak tentang binaraga. "Waktu itu saya kuliah di Unpar sebelum kemudian pindah ke Jakarta karena diterima di FISIP UI jurusan Hubungan Internasional," paparnya.
Di klub SOSI, atlet yang kini bertinggi 183 cm dan berbobot 92 - 100 kg itu berlatih bersama beberapa binaragawan. Di antaranya Sukardi (juara nasional 1990, PON 1985 dan 1989, serta juara 4 kali SEA games), Benni Wijaya (juara nasional kelas 85 kg), dan Tommy Hendarmin (juara nasional 1990 kelas 80 kg).
Ade bilang, dalam binaraga teman latih itu paling utama. "Dengan teman latih yang baik, kita jadi tertantang dan bersemangat memperbesar otot. Pelatih sesekali saja diperlukan untuk menambah pengetahuan," tutur Ade yang belum juga punya pelatih khusus.
Melihat perkembangan otot-ototnya, teman-teman dekat seklub berpendapat, kalau ada pertandingan panco, Ade Rai pasti menang. Uniknya, ayahnya tidak tahu apa yang tengah dia tekuni. Malah orang tuanya sempat mengingatkan untuk tidak buang-buang waktu dengan rajin olahraga yang bisa mengganggu prestasi sekolah.
Setelah bergelut dengan barbel selama tiga tahun lebih, Ade Rai memberanikan diri mengikuti Kejurnas Antarwilayah di Bali pada Juni 1992. Tak disangka, kenekadannya yang tanpa didahului persiapan apa-apa membuahkan hasil gelar juara pertama di kelas 80 kg menengah ringan. "Saya gembira sekali, baru pertama berlomba langsung merebut medali emas. Apalagi saya tampil apa adanya. Mungkin karena potensi dan bakat saya di sana. Sejak itu saya makin yakin, binaraga memang bidang saya," kenangnya sambil tertawa mengingat ia sempat malu saat mendapat sambutan tepuk tangan penonton.
Orang tuanya pun terkejut. "Ketika saya pulang membawa piala, ayah setengah tidak percaya atas apa yang saya raih. Dengan prestasi itu, akhirnya orang tua saya mendukung."
Di perlombaan berikutnya, Kejurnas Binaraga, Oktober 1992 di Semarang, Ade menyabet medali perak di kelas berat ringan (90 kg). Meski gagal meraih emas, prestasinya sempat membuat para pengamat terkejut karena ia belum dikenal.
Dengan prestasinya itu Ade terpilih masuk pelatnas di Bogor dalam persiapan SEA Games 1993 Singapura, meski dalam seleksi akhir ia gagal, kalah oleh seniornya Wemphy Wungouw. Namun selama di pelatnas, ia sempat menarik perhatian. "Posturnya sangat ideal untuk binaraga. Ia sangat potensial di kelas berat ringan atau di kelas berat (90 plus)," M. Khalim, mantan Mr. ASEAN 1979 Bangkok pernah berpendapat.
Keberhasilannya itu tak lepas dari disiplin tinggi dalam berlatih, serta upaya Ade menangguk banyak pengetahuan mengenai binaraga dari buku, majalah, video, dan bertanya pada yang berpengalaman. "Binaraga berbeda dengan olahraga lain. Kalau atlet olahraga lain bisa didisiplinkan dengan perintah bangun, makan, dan latihan. Dalam binaraga pemaksaan semacam itu bisa mengakibatkan otot tidak berkembang. Jadi, sesungguhnya olahraga binaraga sangat individual dan tergantung pada si pelaku."
Yang diperlukan oleh seorang binaragawan adalah kondisi positif yang dipengaruhi oleh kombinasi tiga faktor yaitu makan teratur dan bergizi, istirahat cukup untuk pemulihan otot, dan latihan keras. Semua itu akan menghasilkan otot yang berkembang baik.
Binaragawan alamiahMakin lama bergulat dalam dunia kebinaragaan, dalam dirinya muncul pemahaman baru, binaraga bukan sekadar sport, tapi juga art dan science. "Seninya terletak dalam membentuk tubuh. Bukan cuma yang tinggi gede yang akan menang. Tapi bagaimana agar tubuh bisa tampil berotot tapi indah secara proporsional dan simetris," tutur putra kedua pasangan I Gusti Rai Widjaya dan Selena Susanti.
Orang tuanya pun tak pernah menduga Ade berprestasi di binaraga. (Foto: Dok. pribadi)
Sedangkan pengetahuan diperlukan agar lebih memudahkan atlet mencapai hasil yang baik dan optimal. Dari banyak belajar itu pula, Ade makin tahu peran makanan bagi pembentukan tubuhnya. "Dulu saya hanya tahu, makan banyak dan latihan keras. Ternyata pendapat itu keliru," aku Ade yang sejak itu mulai melakukan pengaturan makanan atau diet. Prioritasnya disesuaikan dengan kebutuhan makan atlet yang tentu berbeda dengan orang biasa. Ia mengatur persentase konsumsi protein, karbohidrat, dan lemak, serta tambahan vitamin dan mineral.
"Karena binaragawan perlu menampilkan otot, jadi harus mengkonsumsi protein sebagai bahan dasar pembangun otot dalam jumlah cukup tinggi," tutur Ade. Sedangkan lemak diperlukan sebagai energi saat latihan.
Dalam menentukan menu, ia harus tahu terlebih dulu dari mana karbohidrat bisa diperoleh, "Misalnya dari kentang, ubi, nasi, sayur, dan buah-buahan, protein dari putih telur, ikan, ayam, daging, sedangkan lemak dari kacang-kacangan dan susu."
Frekuensi makan Ade Rai pun berbeda dengan orang awam yang umumnya makan tiga kali dalam porsi banyak. Porsi makannya tidak terlalu banyak namun dilakukannya tiap empat jam. Komposisi kandungan protein, karbohidrat, dan lemak tiap kali makan adalah 40% : 40% : 20%. "Lain lagi kalau menjelang perlombaan, porsi protein, karbohidrat, dan lemak menjadi 60 : 20 : 20. Tujuannya agar badan saya jadi kencang hingga mampu menampilkan 'urat-urat' dengan jelas," tutur Ade sambil menambahkan karbohidrat yang terlalu banyak juga bisa jadi lemak.
Dengan pola diet demikian Ade tak sungkan menyebut dirinya sebagai natural body builder, "Karena saya melakukannya secara alami, dengan usaha sendiri dengan makanan sehari-hari dan suplemen. Suplemen sendiri adalah makanan tambahan berupa vitamin dari bahan alami melalui proses kimia."
Bagi Ade, pantang menjadi juara dengan menggunakan steroid atau obat-obatan terlarang lainnya. "Menjadi juara dengan cara begitu sama artinya dengan berbuat curang. Meski olahragawan harus berprestasi semaksimal mungkin, saya berusaha untuk tetap mengutamakan kesehatan."Dalam perlombaan, Ade mengaku, targetnya bukan melulu mendapat kemenangan. "Kalah-menang adalah masalah emosi. Yang penting, bagaimana saya dapat tampil dengan kondisi paling baik. Setiap kali bertanding saya harus tampil lebih baik daripada pertandingan sebelumnya. Bagi saya, kemenangan tidak ada artinya bila penampilan saya sebenarnya lebih buruk dari sebelumnya."
Juara dunia, bukan targetDengan sejumlah resep dan kiatnya itu tak heran bila Ade mampu memborong sejumlah gelar juara. Di antara sejumlah kemenangan yang diraih, yang paling membanggakannya adalah Pro-Am Classic dan Muscle Mania. "Khususnya Muscle Mania tahun 1996 di AS. Bayangkan, saya bisa jadi juara pertama over all dalam perlombaan di negara yang bidang binaraganya sudah sangat maju. Selain itu, diliput ESPN dan terpampang masuk Majalah Muscle Mania," kisahnya.
Selama ini, dunia binaraga Indonesia masih kesulitan mencari atlet untuk bertarung di kelas berat - 90 kg ke atas. Kalaupun ada, bentuk tubuh mereka tidak simetris dan harmonis. Satu keuntungan dengan hadirnya Ade Rai, yang menurut beberapa pengamat, sebagai calon "raja" kelas berat nasional, bahkan mungkin mampu bersaing keras di forum internasional.
Siapa sangka dulu Ade bertubuh kerempeng? (Foto: Dok. pribadi)
Menurut mantan juara nasional kelas berat tak terkalahkan 1976 - 1989 dan runner up Asia 1977 kelas berat ringan dan kelas berat 1979, Ir. Ridwan Kodyat, "Ade Rai bakal tak terbendung kalau ia benar-benar mencurahkan kegiatannya pada binaraga. Tidak saja di tingkat nasional tapi juga di kejuaraan dunia. Pasalnya, Ade punya modal kuat. Selain posturnya menunjang dan ototnya indah, ia juga tampan, enak untuk ditonton. Tapi semua tinggal bagaimana kemauan keras dirinya."
Ade yang mengagumi otot Francis Benfato dan Kevin Levrone mengaku, tidak memiliki target harus jadi juara dunia atau yang lain. "Biarlah segala sesuatunya berjalan secara bertahap. Kembali ke prinsip bahwa saya harus terus berlatih meningkatkan kondisi dan potensi saya, sambil terus mengikuti kesempatan bertanding yang ada. Kalau memang nanti bisa jadi juara dunia, yah kenapa tidak?"
Menurut Ade sendiri, di tubuhnya masih banyak ruang yang bisa ditingkatkan. Mengisi weak point, misalnya di betis. Untuk itu Ade terus berlatih dan berusaha menambah berat badan, dengan harapan otot bagian bawah bisa seimbang dengan otot bagian atas - lebih simetris dan harmonis. "Mudah-mudahan bisa tambah lagi, paling tidak lebih dari 100 kg," tutur Ade yang bertekad untuk terus jadi atlet meski nanti sudah lewat 30 usianya. Berbeda dengan atlet jenis olahraga lain yang dianggap tua bila berusia lewat dari itu, "Dalam binaraga, biasanya usia 30 - 40 tahun justru masa keemasan. Untuk mengembangkan otot perlu waktu yang cukup lama," aku Ade yang baru berlatih setelah usia 20. Berlatih binaraga, menurut Ade, kurang tepat dilakukan sebelum umur 20 tahun karena atlet diharuskan berdiet. Akibatnya, pertumbuhan badan pun bisa terhambat.
Ade yang sarjana ini berterus terang tidak bermotivasi untuk meneruskan pendidikannya ke tingkat lebih lanjut, "Kalau kegiatan itu benar-benar saya sukai, pasti hasilnya baik. Jadi, kalaupun melanjutkan tidak akan ke politik tapi mungkin ke sport management."
Gagal akibat rusuhSetelah meraih berbagai prestasi, Ade merasa sudah waktunya untuk mengembangkan olahraga yang digeluti. Ia mengaku tidak ingin jadi pelatih perseorangan, tapi ingin "melatih" banyak orang agar punya kesadaran untuk berolahraga dan bergaya hidup sehat. Untuk itulah, Ade sering terlibat dalam banyak seminar untuk lebih memasyarakatkan idenya.
Sebenarnya binaraga adalah kesadaran untuk punya badan lebih bagus dan sehat. Seseorang yang mempraktikkan tiga faktor - makan teratur dan bergizi, berolahraga, dan beristirahat - sebenarnya sudah melakukan binaraga. Namun, yang mesti dijalani tiap orang harus sesuai dengan kondisi dan tujuan masing-masing. Apakah menurunkan berat badan, melangsingkan tubuh, ingin sedikit berotot atau ingin berotot banyak. Pada dasarnya binaraga adalah memaksimalkan otot dan meminimalkan lemak sesuai kondisi masing-masing.
Semangatnya untuk memasyarakatkan binaraga berkaitan dengan usaha pemerintah untuk menjadikan olahraga sebagai industri. "Bagaimana mungkin itu terwujud kalau belum ada kesadaran masyarakat untuk hidup sehat. Percuma saja dibangun stadion megah dengan fasilitas lengkap tapi tidak banyak yang memanfaatkannya," ia memberi contoh.
Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat, ia yakin, olahraga bisa jadi industri yang bisa menghidupi atlet, pengurus, pembina, atau profesional di bidang olahraga. Sementara ini yang sudah tercapai hanya bidang bulu tangkis dan tenis.
Khusus binaraga, Ade mencoba menyemarakkan dengan membuka dua gim dalam tahun ini. Gim yang dinamai Klub Rai rencananya akan dibuka pertama kali di Atrium Senen pada Agustus ini, dan yang kedua di Kebayoran Lama. Semua itu untuk menjawab kekurangan yang ada selama ini. "Yang ada, untuk tempat yang bagus biaya anggotanya mahal, sedangkan yang sesuai kantung menyediakan fasilitas yang tidak lengkap. Jadi, saya mengusahakan ada tempat berlatih yang sedang, bersih, fasilitas memadai, tapi tidak mahal."
Selain itu, "Saya mencoba memproduksi pakaian olahraga, yang sementara ini hanya bisa diperoleh di luar negeri. Dengan harga dolar yang tinggi seperti sekarang ini, tentu pakaian itu jadi sangat mahal," tuturnya sambil menambahkan, pakaian olahraga sudah dipasarkan dan nantinya akan dipajang bersama-sama suplemen - yang sayangnya masih harus diimpor - di toko di bawah gim. Yang lainnya adalah menyediakan alat latihan buatan lokal yang tentu lebih murah.
Ia juga ingin mengadakan perlombaan secara kontinu. Menurutnya, binaraga punya pasar sendiri, terbukti dengan setiap kali digelar perlombaan bisa menarik penonton hingga ribuan orang.
Sayangnya, perlombaan binaraga di Indonesia jarang diadakan dengan alasan terbentur masalah dana. Baginya, "Semua itu tergantung niat pelaksana karena dana bisa dicari melalui kerja sama," jawab Ade.
Yang ia herankan, lomba otomotif setingkat kejuaraan dunia yang luar biasa bisa diadakan, tapi kejuaraan binaraga yang sederhana dan hanya memerlukan gedung, tata lampu, panggung, susah diselenggarakan. "Ini tantangan bagi saya. Sekarang saatnya saya tidak cuma bicara. Mengajak orang berlatih, tapi saya menyediakan wadah untuk menyalurkan hasil latihan mereka dalam perlombaan binaraga," tuturnya yakin perlombaan akan berjalan baik bila diadakan di tempat yang baik dan dipublikasikan dengan baik. Ini terbukti dengan rencananya berupa Pesta Raga yang sudah menjaring peserta hingga 300 orang. "Sayangnya gagal, karena diselenggarakan pada 16 Mei, pas sehari setelah kerusuhan lalu," jawab Ade getir.
Pekerjaan lain yang tengah ditanganinya adalah menulis buku tentang binaraga. "Tujuannya sama, menyediakan informasi dan pengetahuan yang masih sangat kurang mengenai binaraga di Indonesia. Tapi karena sibuk latihan dan sering kesulitan mendapatkan mood yang enak, pekerjaan ini belum selesai." Ia mengaku baru menyelesaikan separuh dari seluruh jumlah bab dalam bukunya.
Daging diganti tempeTak heran bila muncul pertanyaan, apakah Ade kebal krisis ekonomi karena memulai bisnis justru dalam situasi yang tidak menunjang? Dengan serius Ade menolak pendapat itu, "Ada beberapa promosi yang menggunakan saya sebagai model terpaksa dibatalkan."
Ade mengaku rada idealis. "Dalam arti saya tidak mau pakai aji mumpung, semua tawaran diambil asal menghasilkan uang. Prioritas saya tetap jadi atlet yang baik. Kalaupun jadi bintang iklan, saya melihatnya sebagai sarana efektif untuk mempromosikan binaraga."
Dengan enteng binaraga berambut gondrong yang selalu dikuncir saat manggung itu kembali nyeletuk, "Daripada pusing mikir uang lebih baik mikir ngegedein badan." Untungnya lagi, beban untuk mengeluarkan dana latihan bisa ditekan karena ia mendapat keanggotaan gratis untuk berlatih di Grand Hyat & Kuningan.
Entah sikap cuek ataukah motivasi kuat yang membuat Ade tidak sungkan membawa makanan sendiri saat ngumpul bareng teman-temannya. "Jelas harus punya motivasi kuat. Dengan kesadaran untuk maju, meski diajak ke restoran dengan masakan paling enak pun saya tetap akan membawa makanan sendiri. Kalau tidak, saya bisa saja pesan makanan asal jangan pakai minyak atau mentega, kecap, atau yang lainnya," jelas Ade yang buru-buru menambahkan, diet itu berlaku untuk dirinya. "Jangan sampai masyarakat punya persepsi bahwa gula, garam, lemak itu tidak baik. Kalau badan orang awam berlemak sedikit 'kan tidak apa-apa. Kalau atlet binaraga sih, tidak boleh," papar Ade yang menggantikan minuman manis dengan banyak-banyak minum air putih.
Bujangan yang hobi nonton film itu juga mengaku, gaya hidup dengan pengaturan makanan itu sebenarnya luwes digunakan. "Bila di luar kota, saya bisa saja belanja di pasar dan masak sendiri," ujar Ade yang tak segan menggantikan daging dengan tempe yang harganya jauh lebih murah.

salam olahraga

hallo...salam olahraga